Senin, 10 November 2008

PROMOSI KESEHATAN UNTUK HIDUP SEHAT

STEPANUS M.PARERA




“DOA”
DISABILITY ORIENTED APPROACH
PROMOSI KESEHATAN UNTUK HIDUP SEHAT

Hidup sehat, bebas dari derita penyakit dan jauh ancama kematian , merupakan idaman dan harapan manusia. sejalan dengan peralihan konsep pelayanan kesehatan sesuai perubahan paradigm kesehatan, terjadi perubahan pelayanan dari orientasi sakit ke orientasi sehat menjadikan masyarakat yang lama mengelut pada konsep dengan pola “nanti sakit baru mencari obat menuju sehat” dihadapkan pada konsep dengan pola “mencegah penyakit jauh lebih baik dari mengobatinya”.
Hidup sehat dan mewujudkan dalam bentuk meningkatnya kemampuan pada kegiatan untuk mampu menolong diri, keluarga dan masyarakat sekitar sejalan dengan konsep promosi kesehatan, maka mereka yang memilih dan memanfaatkan Disability Oriented Approach (DOA) sebagai alat untuk membantu masyarakat menga-AGENDA-kan hidup sehat yang lebih baik di hari esok disbanding dengan hari ini seraya meng-APLIKASI-kannya melalui proses perubahan pengamalan perilaku merupakan pilihan yang tepat.
Paradigma sehat merupakan kegiatan yang tidak lepas dari proses pengembangan kemanusia dan kemasyarakat. Sehubungan denga konsep yang mendasari pengembangan “DOA” dan sejalan dengan paradigm sehat tersebut, ditemukan berbagai fakta untuk menjawab pertanyaan :
“apa sih yang harus disiapkan bila seorang, sekelompok orang dan bahkan masyarakat ingin diajak untuk hidup sehat?

Untuk menjawabnya, dapat disimpulkan 3 hal :
1. Kemampuan masayarakat memahami arti hidup sehat sebagai hasil perpaduan yang dikembangkan dari konsep hidup sehat secara modern dan tradisional. Umunya landasan uatama pemikidan mereka, hidup sehat tidak dapat dipisahkan dengan “sakit, obat dan pengobatan menuju sehat”.
2. Bagi warga masyarakat khususnya dipedesaan, hidup sehat sebagai manifestasi hasil perubahan perilaku, merupakan tantangan fisik, mental dan sosial.
3. Bagaimana tingkat pendidikan dan pengalaman yang dimiliki seseorang namun “sosialisasi” yang bersumber dari nilai budaya yang dimilikinya, harus dipertimbangankan sebagai faktor penghambat perubahan, mengatasi hambatan ini, setidaknya tiga syarat yang diperlukan agar perubahan tetap berlangsung “
a. Perubahan harus dapat dirasakan sebagai hal yang baik dan berguna bagi yang bersangkutan;
b. Peruabahan itu tetap bersumber dari nilai budaya di mana yang bersangkutan berada, dibesarkan dan berinteraksi;
c. Perubahan itu merupakan bukti keikut sertaan dirinya secara aktif sejak perencanaan sampai dengan aplikasi dan evaluasi.
Berdasarkan ke-3 hal tersebut di atas dapat di rangkum dan dijabarkan betapa pentingnya penhgertaian “Disability” untuk dapat digunaknan sebagai “alat” guna memberikan pemahaman bahwa hidup sehat itu “indah, bahagia, sejahtera dan menguntungkan” melalui motto perubaha : “ carilah persamaan dan hindarilah perbedaan.
Memanfaatkan “DOA” melalui proses perubahan pengalaman perilaku sehat menjadikan “aplikasi DOA” termasuk proses inovasi. Sebagai kegiatan inovatif, pemanfaatab “DOA” guna mewujudkan hidup sehat akan dapat diterima masayarkat melali proses komunikasi yang baik, tepat dan sederhana sehingga masyarakat termotivasi menerima inovasi yang ditawarkan.
Bila “DOA” dimanfaatkan dalam konteks budaya, diperlukan kesadaran bahwa pemahaman akan peran budaya untuk kesehatan memerlukan dukungan teknologi. Meskipun secara universal di setiap budaya terdapat nilai, “sehat, sakit’ berobat dan sembuh”, tetapi perbedaan tingkat teknologi yang dimiliki, dikembangkan dan diaplikasikan dalam budaya itu akan mewarnai pula jenis upaya kesehatan yang diamalkan. Bagi budaya sederhana, upaya untuk hidupsehat mencakuppada pengetian dan pengalaman “ setelah jatuh sakit lalu mencari obat untuk sembuh” tanpa mengenal upaya pencegahan. Memalui “DOA” pemikiran akan hidup sehat dan bahkan kematian merupakan hal yang dikembangkan melalui jalur pemikiran bahwa “ kematian memang hak dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa” tetapi di pihak lain, Dia telah menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada hambaNya untuk “berupaya hidup sehat, bebas dari derita penyakit dan jauh dari ancaman kematian”

Penerapan konsep DOA ini telah dilaksanakan dibanjarmasin dan membuahkan hasil yang baik dengan adanya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Menurut saya dapat disimpulkan bahwa “DOA” adalah :
 Pendekatan promosi kesehatan inovatif, berbasis trial epidemiologi dan dikembangkan melalui proses komunikasi guna menyadarkan dan memotivasi masyarakat untuk mampu HIDUP SEHAT memalui upaya pencegahan guna menghindari disability serta ancaman kematian.
 Melalui “DOA”, akan terlihat secara bermaksa pentingnya upaya melalui kegiatan “Teknologi Kesehatan HULU” yang mengutamakan pencegahan disbanding harus menderita dan memanfaatkan “Teknologi Kesehatan HILIR” yang sarat resiko, mahal dan penuh derita.

SUMBER :
Ngatimi. H. M. Rusli. 2005. Disability Oriented Approach (DOA) Promosi Kesehatan Untuk Hidup Sehat. Makasar : Yayasan PK-3.

Tidak ada komentar: